Membaca Al-Quran Di Kuburan
Assalam alaikum Wr. Wb.
Abu yang terhormat, kami ingin menanyakan tentang hukum membaca al-quran
di samping kuburan, baik dibaca ketika selesai pemakaman ataupun ketika
menziarahi kuburan. Dan bagaimana pula hukumnya menerima upah dari
pembacaan al-quran di kuburan yang biasanya dilakukan ketika selesai
pemakaman mayat selama satu minggu?
Mohon penjelasan dengan dalil ayat al-quran atau hadits dan perkataan para ulama!
Jawaban:
Wa’alaikumussalam
Membaca al-quran merupakan satu amalan yang memiliki nilai tinggi. Allah
menurunkan rahmatNya pada tempat di bacakan al-quran. Orang yang berada
di sekitar tempat di bacakan al-quran juga ikut akan mendapatkan
rahmatNya. Hal ini berlaku secara umum, baik yang berada di sekitar
orang yang membaca al-quran itu orang yang masih hidup ataupun orang
yang telah meninggal. Maka membaca al-quran di samping orang yang
meninggal atau di samping kuburannya akan menurunkan rahmatNya terhadap
mayat tersebut.
Selain itu, doa setelah pembacaan al-quran terlebih besar harapan akan
di kabulkan. Maka setelah selesai bacaan al-quran dapat di lanjutkan
dengan memohon doa supaya pahala bacaan al-quran juga sampai kepada
mayat. Dengan dua cara ini orang yang meninggal dapat juga mendapatkan
pahala dari bacaan al-quran orang yang masih hidup. Bahkan sebagian
ulama seperti as-Subki yang di kuatkan oleh beberapa ulama besar lain
berpendapat cukup dengan meniatkan hadiah pahala bacaan al-quran kepada
orang yang meninggal tersebut, mayat tersebut akan mendapatkan manfaat
dari bacaan al-quran tersebut. Maka pembacaan al-quran untuk mayat baik
di samping mayat atau bukan merupakan hal yang di syariatkan bahkan
sebagian ulama seperti Ibnu Qudamah al-Hanbali mengatakannya bahwa para
ulama sepakat (ijmak) dalam hal ini.
Adapun hukum mengambil upah dari pembacaan al-quran adalah boleh saja,
karena bacaan al-quran tersebut dapat bermanfaat bagi mayat sebagaimana
penjelasan diatas. Demikian yang di jelaskan oleh Imam Nawawi dalam
kitab beliau Raudhah pada jilid 4 hal 266 Dar Kutub Ilmiyah, dan Imam
Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitab beliau Tuhfatul Muhtaj pada jilid 6
hal 180 Dar Fikr.
Berkenaan dengan dalil, banyak hadits yang menjadi landasan disyariatkan
membaca al-quran di kuburan, diantara hadist-hadist tersebut walaupun
ada yang dhaif namun secara keseluruhan menunjuki bahwa pembacaan
al-quran di atas kuburan memiliki landasan dalam syara`. Beberapa hadist
tersebut antara lain:
1. Hadits riwayat an-Nasa`i, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban :
اقرأوا يس على موتاكم
Bacalah surat Yasin atas orang meninggal kamu (H.R. Nasa`i, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
2. Hadits riwayat Imam Ahmad:
يس ثلث القرآن لا يقرؤها رجل يريد الله والدار الآخرة إلا غفر له فاقرؤوها على موتاكم
Surat Yasin adalah sepertiga al-quran, tidak membacanya oleh seseorang
yang mengharap Allah dan akhirat kecuali di ampunkan baginya, maka
bacakanlah surat Yasin atas orang meninggal kamu (H.R. Ahmad)
Sebagian para ulama mentakwilkan kalimat موتاكم dengan makna majazi
yaitu orang yang hampir meninggal (muhtadhar) bukan orang yang telah
meninggal. Namun tidak tertutup kemungkinan juga untuk dipahami kalimat
موتاكم dengan makna hakikat dan majaz artinya selain dimaksudkan makna
majaz juga dimaksudkan makna hakikat, sehingga jadilah maksud hadist
tersebut: bacalah surat yasin terhadap orang yang hampir meninggal dan
orang yang telah meninggal.
3. Hadist Riwayat Imam Baihaqy dan ath-Thabrany:
إذا مات أحدكم فلا تحبسوه وأسرعوا به إلى قبره وليقرأ عند رأسه بفاتحة الكتاب وعند رجليه بخاتمة البقرة فى قبره
Apabila mati salah satu kamu maka janganlah kamu tahan dan bersegeralah
kamu dengannya ke kuburnya dan hendaklah dibacakan di samping kepalanya
fatihah kitab dan di samping kakinya pada kuburnya dengan penghabisan
surat al-Baqarah (H. R. Imam Baihaqy dalam kitab Sya’b al-Iman pada
Fashal fi Ziarah Qubur No. 8854 dan ath-Thabrany dalam Mu’jam Kabir No.
13613)
Imam Baihaqy menerangkan bahwa hadits membaca al-quran juga diriwayatkan secara mauquf kepada Ibnu Umar.
4. Hadist riwayat Abu Qasim Sa`ad bin Ali az-Zanjani dalam kitab al-Fawaid dari Abi Hurairah:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من دخل المقابر ثم قرأ فاتحة الكتاب وقل
هو الله احد والهاكم التكاثر ثم قال اللهم انى قد جعلت ثواب ما قرأت من
كلامك لأهل المقابر من المؤمنين والمؤمنات كانوا شفعاء له إلى الله تعالى
Rasululallah SAW berkata: siapa yang masuk pekuburan kemudian membaca
fatihah kitab, qul huwa Allahu Ahad, alhakumut takatsur kemudian berkata
“Ya Allah, sungguh saya jadikan pahala bacaan yang saya baca berupa
kalamMu bagi kaum mukmin dan mukminat ahli pekuburan niscaya mereka
memberi syafaat baginya kepada Allah ta`ala.
5. Diriwayatkan oleh Abdul Aziz dari Anas RA bahwa Rasulullah berkata:
من دخل المقابر فقرأ سورة يس خفف الله عنهم وكان له بعدد من فيها حسنات
Siapa yang masuk pekuburan kemudian membaca surat Yasin niscaya Allah
ringankan dari mereka dan adalah baginya kebaikan sejumlah orang
meninggal dalam pekuburan tersebut.
6. Diriwayatkan oleh al-Khalal dalam kitab al-Jami’ dari asy-Sya’bi, beliau berkata:
كانت الأنصار إذا مات لهم الميت اختلفوا إلى قبره يقرأون له الفرآن
Adalah kaum Anshar bila ada dari mereka yang meninggal mereka segera ke kuburnya membacakan al-quran baginya.
Perkataan para ulama.
Ada baiknya kita melihat bagaimana komentar para ulama-ulama besar yang
telah diakui oleh umat semenjak dahulu tentang membaca al-quran di
kuburan.
1. Imam Syafii (w.204 H/820 M)
Imam Syafii berpendapat sunat bagi orang yang berziarah kubur untuk
membaca ayat al-quran dan berdoa setelahnya di kuburan. Hal ini
disepakati oleh para ashab Imam Syafii sebagaimana Imam Nawawi jelaskan
dalam kitab Majmuk Syarah Muhazzab jilid 5 hal 311 Cet. Dar Fikr
Murid senior Imam Asy-Syafii, az-Za`farany (w. 260 H) berkata:
سألت الشافعى رحمه الله عن قراءة عند القبر فقال لا بأس به
Saya pernah bertanya kepada Imam Syafii tentang membaca (al-quran) di samping kubur. Beliau menjawab “tidak mengapa”.
2. Imam Nawawi (w.676 H)
Imam Nawawi mengatakan bahwa para ulsama berpendapat sunat membaca
al-quran di atas kuburan berdasarkan hadist riwayat Imam Muslim :
(مر النبي صلى الله عليه وسلم على قبرين فقال إنهما ليعذبان وما يعذبان في
كبير أما أحدهما فكان يمشي بالنميمة وأما الآخر فكان لا يستتر من بوله قال :
فدعا بعسيب رطب فشقه باثنين ثم غرس على هذا واحدا وعلى هذا واحدا ثم قال :
( لعله أن يخفف عنهما ما لم ييبسا)
Nabi lalu atas dua kubur, Nabi berkata kedua ahli kubur ini di azab.
Tidaklah keduanya di azab karena perkara besar. Salah satunya di azab
karena berjalan dengan namimah (adu domba) sedangkan yang lain ia tidak
memelihara dari kencingnya. Rasulullah segera mencari pelepah kurma yang
basah maka di belah menjadi dua kemudian di tanam salah satunya atas
salah satu kubur dan yang lain di atas kubur yang lain. Kemudian Nabi
berkata: “mudah-mudahan di ringankan azab dari keduanya selama kedua
pelepah kurma tersbeut belum kering (H.R. Imam Muslim No. 703 kitab
Thaharah)
Dalam hadits tersebut Rasulullah meletakkan pelepah kurma di atas kubur
dengan harapan akan diringankan azab penghuninya. Kebanyakan para ulama
dan mufassirin berpendapat bahwa diringakan azab tersebut dikarenakan
tasbih dari kedua pelepah kurma tersebut, karena pohon kayu akan
bertasbih selama ia masih basah. Imam Nawawi melanjutkan:
واستحب العلماء قراءة القرآن عند القبر لهذا الحديث ؛ لأنه إذا كان يرجى التخفيف بتسبيح الجريد فتلاوة القرآن أولى
Dan para ulama berpendapat sunat membaca al-quran di samping kubur
berdasarkan hadits ini, karena apabila di harapkan diringankan azab
dengan sebab tasbih pelepah kurma maka dengan bacaan al-quran akan lebih
utama.
Imam Nawawy dalam kitab beliau Raudhah ath-Thalibin yang merupakan
ringkasan dari kitab Imam Rafii, Fathul `Aziz menceritakan bahwa Qadhi
Abu Thayib pernah di tanyakan tentang membaca al-quran pada kuburan,
beliau menjawab pahalanya bagi pembacanya dan si mayat bagaikan orang
yang hadir yang diharapkan baginya rahmat dan barakah, maka disunatkan
membaca al-quran pada kuburan karena ini makna, lagi pula doa setelah
membaca al-quran terlebih dekat untuk dikabulkan sedangkan doa
bermanfaat bagi mayat.
3. Imam as-Sayuthy (w.911 H/1505 M)
Imam as-Sayuthy mengatakan :
اما القراءة على القبر فجزم بمشرعتها أصحابنا وغيرهم
Adapun membaca (al-quran) di atas kuburan maka hal tersebut diyakini
oleh para ashhab (ulama) kita (pengikut mazhab Syafii) dan para ulama
yang lain.
4. Imam Qurthuby (w.671 H/1273 M)
Imam Qurthuby menceritakan:
كان الامام احمد بن حنبل رضي الله عنه يقول اذا دخلتم المقابر فاقرؤا فاتحة
الكتاب والمعوذتين وقل هو الله احد واجعلوا ثواب ذالك لأهل المقابر فانه
يصل إليهم
Adalah Imam Ahmad bin Hanbal Radhiyallahu `anh berkata: apabila kamu
masuk perkuburan maka bacakanlah fatihah kitab, al-ma`uzatain (surat
an-Nas dan al-Falaq), dan qulhu Allahu Ahad (surat al-Ikhlash) dan
jadikanlah pahalanya bagi ahli kubur, karena hal tersebut sampai kepada
mereka.
5. Imam Ghazaly (w.505 H/1111 M)
Dalam Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali meriwayatkan kisah ruju’nya Imam
Ahmad bin Hanbal yang semula mengingkari pembacaan al-quran di kuburan.
Diriwayatkan dari Ali bin Musa al-Haddad, beliau berkata: “saya bersama
Imam Ahmad bin Hanbal pada satu jenazah, Muhammad bin al-Jauhary juga
bersama kami. Ketika dikuburkan mayat datanglah seorang tuna netra
membaca fatihah di samping kubur. Imam Ahmad berkata: “hai si ini,
membaca (al-quran) di samping kubur adalah bid`ah”. Ketika kami keluar
dari kuburan Muhammad bin Qudamah berkata bagi Imam Ahmad “hai Aba
Abdillah, bagaimana pendapatmu tentang Mubasysyir bin Ismail al-Halaby?
Imam Ahmad menjawab “ia seorang yang stiqah/terpecaya”. Imam Ahmad
melanjutkan “apakah engkau menulis sesuatu riwayat (hadist) darinya?”
Muhammad bin Qudamah menjawab “ya”. Beliau melanjutkan “Mubasysyir bin
Ismail meriwayatkan bagiku dari Abdur Rahman bin al-‘Ala`i bin al-Lajlaj
dari bapaknya bahwa beliau mewasiatkan apabila dikuburkan supaya
dibacakan di samping kepalanya permulaan surat al-Baqarah dan akhirnya,
beliau berkata saya mendengar Ibnu Umar mewasiatkan demikian. Maka Imam
Ahmad pun berkata “kembalilah kepada laki-laki tadi dan katakanlah
padanya: bacalah”.
6. Ibnu Qaththan al-Asqalany (w. 813 H)
Syeikh Muhammad bin Ali Al-Asqalani yang lebih di kenal dengan Ibnu
Qaththan (w. 813 H) yang merupakan guru dari seorang ulama hadits
terkenal al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalany (w.852H/1448M) dalam satu
kitab yang beliau karang khusus membahas masalah mayat mendapat pahala
dari bacaan al-quran orang yang masih hidup yang beliau beri nama
al-Qaul bi al-Ihsan al-‘Amim fi intifa` al-Mayyit bi al-Quran al-Adhim.
Dalam risalah tersebut beliau menceritakan bahwa beliau bersama guru
beliau Syihabuddin Aqil menziarahi kuburan ulama-ulama shaleh dengan
membacakan al-quran. Di antara kubur yang beliau ziarahi adalah kuburan
shahabat ‘Utbah bin Amir, Imam Syafii, Abu Abbas al-Harar, al-Muzani,
al-Laits bin Sa’ad dan beberapa ulama lain.
Adapun hadist shahih yang sering dijadikan oleh kalangan wahaby sebagai dalil haram membaca al-quran diatas kuburan :
ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - : «
اجْعَلُوا فِى بُيُوتِكُمْ مِنْ صَلاتِكُمْ، وَلا تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا »
Ibnu Bathal menjelaskan:
هذا من التمثيل البديع، وذلك بتشبيهه - صلى الله عليه وسلم - البيت الذى لا يصلى فيه بالقبر الذى لا يمكن الميت فيه عبادة
Ini adalah tamsil badi` yaitu Rasulullah SAW menyerupakan rumah yang
tidak dilakukan shalat di dalamnya dengan kubur yang mayat di dalamnya
tidak mungkin lagi untuk beribadat.
Dalam hadist ini Rasulullah menyerupakan rumah yang tidak dilakukan
shalat di dalamnya dengan kubur. Persamaannya adalah sama-sama
penghuninya ahli kubur tidak melakukan ibadat di dalamnya. Maka
Rasululah memerintahkan supaya penghuni rumah beribadat dalam rumahnya
sehingga ia tidak menjadi bagaikan mayat dan rumahnya tidak menjadi
bagaikan kubur di mana penghuninya tidak melakukan ibadat sama di dalam
rumahnya tersebut (kubur) bukan berarti di larang membaca al-quran di
atas kuburan.
Bagi yang menginginkan penjelasan yang lebih luas, dapat merujuk kepada
beberapa kitab ulama yang menjelaskan tentang hal ini, seperti kitab
Syarah Shudhur karangan Imam Sayuthy, Tazkirah Qurthuby karangan Imam
Qurthubi, Ihya Ulumuddin beserta syarahnya Ittihaf Sadatil Muttaqien
pada jilid terakhir, bahkan beberapa ulama juga mengarang kitab khusus
tentang hal ini seperti Hadiyat al-Ihya` li al-amwat karangan Imam Ali
bin Ahmad bin Yusuf al-Hakary (w. 489 H), al-Kalam `ala wushul al-qiraat
lilmayyit karangan Imam Muhammad bin Ibrahim al-Muqaddisy (w. 676 H),
Nafahat al-Nasimat fi Wushul ihda` ats-tsawab lil amwat karangan Imam
Muhammad bin Ibrahim as-Sarujy (w. 701 H), al-Qaul bi al-Ihsan al-‘Amim
fi intifa` al-Mayyit bi al-Quran karangan Ibnu Qaththan al-Asqalany. Ke
empat kitab ini dicetak dalam satu cetakan dengan nama Majmuk fi hi
Rasail fi Hukm ihda` tsawab qiraah al-quran lil amwat (kumpulan yang
berisi beberapa risalah tentang hukum menghadiahkan pahala bacaan
al-quran untuk mayat). Selain itu juga ada kitab Tahqiqul Amal karangan
Sayyid Muhammad Alwy al-Maliky.Lihat juga Nama - Nama Indah Bayi lelaki Islami
0 komentar:
Post a Comment